1.
Pegertian teater
Teater (bahasa
Inggris: theater atau theatre, bahasa
Perancis théâtre berasal dari kata theatron (θέατρον)
dari bahasa
Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton"). Teater adalah
istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah
proses pemilihan teks atau naskah, penafiran, penggarapan, penyajian atau
pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa
pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses
penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater
bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Teater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan
manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan
pada naskah yang tertulis). Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang
dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk
dan lain-lain
2.
Unsur-Unsur Seni Teater
1.
Unsur internal Teater
v
Aktor
Aktor merupakan penunjang utama
dalam teater. Dan aktor juga menghasilkan beberapa unsur diantaranya, unsur gerak
dan suara.
v
Naskah
Naskah atau bisa disebut lakon dalam
teater juga merupakan penunjang yang melahirkan berbagai unsur-unsur yang ada
yaitu, aktor, pentas, sutradara, dan kostum.
v
Pentas
Pentas merupakan salah satu unsur
yang menghadirkan keestetikan sebuah pertunjukan, karena pentas merupakan juga
menghadirkan unsur penunjang yang di dalamnya ada property, tata lampu, dan
alat-alat yang lain yang berkenaan dengan pentas.
v
Sutradara
Sutradara merupakan unsur yang
mengarahkan semua unsur dalam sebuah seni pertunjukan. Mengarahkan seorang
aktor, membedah naskah, melahirkan ide-ide tentang pentas yang mau digunakan.
v
Kostum
Kostum adalah unsur penunjang yang
membuat seorang aktor bisa kelihatan membawan wataknya yang bagaimana.
Unsur internal tersebut menyangkut
bagaimana didalam pemintasan tersebut, karena bisa dikatakan unsur internal
merupakan hatinya teater, bila tidak ada unsur internal tidak akan tercipta
suatu pemintasan. Tetapi perlu perlu diketahui pula unsur internal tidak akan
bisa berjalan tanpa unsur eksternal.
2.
Unsur Eksternal Teater
Unsur eksternal yaitu mengurus
segala yang berkenaan dengan di luar pemintasan. Yaitu staf produksi, karena
staf produksilah yang melakukan segala perlengkapan yang menyangkut pemintasan.
v
Staf Produksi
Staf produksi menyangkut manager
tingkat produser atau pimpinan produksi sampai segala bagian dibwahnya
(Tjokroatmojo dkk ). Adapun tugas masing-masing:
Produser/ pimpinan produksi
a. Mengurus
produksi secara keseluruhan
b. Menetapkan
personal (petugas), angran biaya, program kerja fasilitas dan sebagainya.
v
Derektor/ sutradara
a. Pembawa
naskah
b. Koordinator
pelaksanaan pementasan
c. Menyiapkan
aktor
v
Stage manager
a. Pemimpin
panggung
b. Membantu
sutradara
v
Desainer
Menyiapkan aspek-aspek visual:
a. Setting
(tempat, suasana)
b. Property
(perlengkapan pentas)
c. Lighting
(tata lampu)
d. Costume
(tata busana)
e. Sound
(pengeras suara)
v
Crew
a. Bagian
pentas
b. Bagian
tata lampu
c. Bagian
perlengkapan
d. Bagian
tata suara musik
v
Sutradara
Seorang sutradara memilih naskah,
memilih aktor, melatihnya, dan lain sebagainya.
Asisten sutradara (asdos)
Membantu segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh seorang sutradara
Bagian-bagian
a. Bagian
make
up
: menghias aktor
b. Bagian
lighting
: mengatur tata cahaya pentas
c. Bagian
property
: menyiapkan segala properti yang dibutuhkan
d. Dan
lain sebagainya :
tergantung kebutuhan produsi
3.
Jenis-Jenis Seni Teater
1
Teater Boneka
Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa peninggalannya ditemukan di makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau kisahkisah religius. Berbagai jenis boneka dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan dipakai di tangan sementara boneka tongkat digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Marionette, atau boneka tali, digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka diikatkan.
Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan layar, menonton bayangan tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan menonton wayang secara langsung.
Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa peninggalannya ditemukan di makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau kisahkisah religius. Berbagai jenis boneka dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan dipakai di tangan sementara boneka tongkat digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Marionette, atau boneka tali, digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka diikatkan.
Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan layar, menonton bayangan tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan menonton wayang secara langsung.
.
2
Drama Musikal
Merupakan pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyanyi, menari, dan akting. Drama musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan gerak daripada dialog para pemainnya. Di panggung Broadway jenis pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa disebut dengan pertunjukan kabaret. Kemampuan aktor tidak hanya pada penghayatan karakter melalui baris kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui lagu dan gerak tari. Disebut drama musikal karena memang latar belakangnya adalah karya musik yang bercerita seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber yang fenomenal. Dari karya musik bercerita tersebut kemudian dikombinasi dengan gerak tari, alunan lagu, dan tata pentas.
Merupakan pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyanyi, menari, dan akting. Drama musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan gerak daripada dialog para pemainnya. Di panggung Broadway jenis pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa disebut dengan pertunjukan kabaret. Kemampuan aktor tidak hanya pada penghayatan karakter melalui baris kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui lagu dan gerak tari. Disebut drama musikal karena memang latar belakangnya adalah karya musik yang bercerita seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber yang fenomenal. Dari karya musik bercerita tersebut kemudian dikombinasi dengan gerak tari, alunan lagu, dan tata pentas.
Selain
kabaret, opera dapat digolongkan dalam drama musikal. Dalam opera dialog para
tokoh dinyanyikan dengan iringan musik orkestra dan lagu yang dinyanyikan
disebut seriosa. Di sinilah letak perbedaan dasar antara Kabaret dan opera.
Dalam drama musikal kabaret, jenis musik dan lagu bisa saja bebas tetapi dalam
opera biasanya adalah musik simponi (orkestra) dan seriosa. Tokoh-tokoh utama
opera menyanyi untuk menceritakan kisah dan perasaan mereka kepada penonton.
Biasanya juga berupa paduan suara. Opera bermula di Italia pada awal tahun
1600-an. Opera dipentaskan di gedung opera. Di dalam gedung opera, para musisi
duduk di area yang disebut orchestra pit di bawah dan di depan panggung.
3 Teater Gerak
Teater gerak merupakan pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog sangat dibatasi atau bahkan dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim klasik. Teater gerak, tidak dapat diketahui dengan pasti kelahirannya tetapi ekspresi bebas seniman teater terutama dalam hal gerak menemui puncaknya dalam masa commedia del’Arte di Italia. Dalam masa ini pemain teater dapat bebas bergerak sesuka hati (untuk karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh dasarnya untuk memancing perhatian penonton. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah gagasan mementaskan pertunjukan dengan berbasis gerak secara mandiri muncul.
3 Teater Gerak
Teater gerak merupakan pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog sangat dibatasi atau bahkan dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim klasik. Teater gerak, tidak dapat diketahui dengan pasti kelahirannya tetapi ekspresi bebas seniman teater terutama dalam hal gerak menemui puncaknya dalam masa commedia del’Arte di Italia. Dalam masa ini pemain teater dapat bebas bergerak sesuka hati (untuk karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh dasarnya untuk memancing perhatian penonton. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah gagasan mementaskan pertunjukan dengan berbasis gerak secara mandiri muncul.
Teater
gerak yang paling populer dan bertahan sampai saat ini adalah pantomim. Sebagai
pertunjukan yang sunyi (karena tidak menggunakan suara), pantomim mencoba
mengungkapkan ekspresinya melalui tingkah polah gerak dan mimik para pemainnya.
Makna pesan sebuah lakon yang hendak disampaikan semua ditampilkan dalam bentuk
gerak. Tokoh pantomim yang terkenal adalah Etienne Decroux dan Marcel Marceau,
keduanya dari Perancis.
4 Teater Dramatik
Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasar pada dramatika lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara psikologis sangat diperhatikan dan situasi cerita serta latar belakang kejadian dibuat sedetil mungkin. Rangkaian cerita dalam teater dramatik mengikuti alur plot dengan ketat. Mencoba menarik minat dan rasa penonton terhadap situasi cerita yang disajikan. Menonjolkan laku aksi pemain dan melengkapinya dengan sensasi sehingga penonton tergugah. Satu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain hingga membentuk keseluruhan lakon. Karakter yang disajikan di atas pentas adalah karakter manusia yang sudah jadi, dalam artian tidak ada lagi proses perkembangan karakter tokoh secara improvisatoris (Richard Fredman, Ian Reade: 1996). Dengan segala konvensi yang ada di dalamnya, teater dramatik mencoba menyajikan cerita seperti halnya kejadian nyata.
4 Teater Dramatik
Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasar pada dramatika lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara psikologis sangat diperhatikan dan situasi cerita serta latar belakang kejadian dibuat sedetil mungkin. Rangkaian cerita dalam teater dramatik mengikuti alur plot dengan ketat. Mencoba menarik minat dan rasa penonton terhadap situasi cerita yang disajikan. Menonjolkan laku aksi pemain dan melengkapinya dengan sensasi sehingga penonton tergugah. Satu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain hingga membentuk keseluruhan lakon. Karakter yang disajikan di atas pentas adalah karakter manusia yang sudah jadi, dalam artian tidak ada lagi proses perkembangan karakter tokoh secara improvisatoris (Richard Fredman, Ian Reade: 1996). Dengan segala konvensi yang ada di dalamnya, teater dramatik mencoba menyajikan cerita seperti halnya kejadian nyata.
5 Teatrikalisasi Puisi
Pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya hanya dibacakan dicoba untuk diperankan di atas pentas. Karena bahan dasarnya adalah puisi maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan estetika puitik di atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya teatrikal. Tata panggung dan blocking dirancang sedemikian rupa untuk menegaskan makna puisi yang dimaksud. Teatrikalisasi puisi memberikan wilayah kreatif bagi sang seniman karena mencoba menerjemahkan makna puisi ke dalam tampilan laku aksi dan tata artistik di atas pentas.
4.
Fungsi
Teater Tradisional
Teater tradisional memiliki tujuan
yang terangkum dalam fungsi pertunjukkan teater tradisional tersebut.
Fungsi-fungsi teater tradisional digunakan untuk keperluan upacara, media
ekspresi, sarana hiburan, dan media pendidikan.
1. Sarana
Upacara
Teater yang berfungsi untuk sarana
upacara adalah teater yang dilakukan untuk melakukan penghormatan kepada roh
nenek moyang atau dewa yang disembahnya.
2. Media
Ekspresi
Teater sebagai media ekspresi
merupakan media untuk menyalurkan ekspresi seni teater yang ada pada dirinya.
Teater ini digunakan untuk mengungkapkan ekspresi pada dirinya.
3. Sarana
Hiburan
Teater yang berfungsi sebagai media
pendidikan merupakan teater yang dirancang khusus pertunjukan.
4. Media
Pendidikan
Teater yang berfungsi sebagai media
pendidikan merupakan teater yang dirancang khusus sebagai media untuk
memberikan informasi-informasi kepada masyarakat
5.
Sejarah teater randai
Randai
dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang lumayan panjang. Konon
kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan Padang Panjang ketika
mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut. Randai
dalam masyarakat Minangkabau adalah suatu kesenian yang dimainkan
oleh beberapa orang dalam artian berkelompok atau beregu, dimana dalam randai
ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun
Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai ini bertujuan untuk
menghibur masyarakat biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari
raya Idul Fitri.
Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.
Sekarang randai ini merupakan sesuatu yang asing bagi pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi kesenian atau kegemaran dari generasi tersebut. Randai terdapat di Pasisie dan daerah Darek (daratan).
Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. namun dalam perkembangannya Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara, seperti kelompok Dardanela.Jadi, Randai pada awalnya adalah media untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika Randai disebut sebagai Teater tradisi Minangkabau walaupun dalam perkembangannya Randai mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
6.
Pengertian teater randai
Randai adalah salah satu permainan tradisional di Minangkabau
yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran,
kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam
bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat
menjadi satu.Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah masyarakat. Fungsi Randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat. Semua gerakan randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, yang disebut dengan janang[1].
Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang lumayan panjang. Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Tanah Datar ketika mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut. Randai dalam masyarakat Minangkabau adalah suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dalam artian berkelompok atau beregu, dimana dalam Randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat yang biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri.
Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya, Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara, seperti kelompok Dardanela.
Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.
7.
Fungsi
Tari Randai
Sebagai hiburan masyarakat biasanya
yang diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri. Untuk
mempertebal rasa ketradisian juga memberi kesempurnaan terhadap adat istiadat
Minangkabau itu sendiri, sarana Aspirasi dan Media Informasi.
8.
Unsur Estetis dan Keunikan Tari Randai
Randai berasal dari perkataan merandai berarti mengarang atau melingkar suatu kawasan lapang untuk mencari sesuatu yang hilang. Terdapat pelbagai versi sebenarnya tentang asal usul randai ini. Struktur persembahan randai berkonsepkan gerak tari silat diselangi nyanyian berunsur lagu rakyat serta diiringi muzik caklempong, rebana, salung dan gong. Randai sering di persembahkan pada pesta menuai padi, upacara perkahwinan dan adat istiadat lain.
Disaksikan ratusan pasang mata, 12
muda-mudi berpakaian tradisional Minangkabau membentuk lingkaran di tengah
arena. Lima pemain lain, duduk di pinggir arena. Para pemain randai (anak
randai) bergerak melingkar dan sering melakukan gelombang randai secara
serempak, yang bersumber pada gerakan-gerakan silat atau seni pencak silat.
“Hep… ta…,” terdengar teriakan
seorang di antaranya (tukang gore), dibarengi dengan tapuak galembong (menepuk
celana) yang bunyinya tingkah-meningkah. Setiap anak randai punya gaya sendiri
dalam gerak dan menepuk celana yang didesain khusus-mempunyai pisak yang dalam,
sehingga menghasilkan bunyi beragam waktu ditepuk, tapi serempak. “Hep…ta…
Dugudung-dak-dik-dung.” Cerita yang diangkat dari kaba Kasiah Putuih Dandam Tak
Sudah (Kasih Putus Dendam Tak Sudah) pun dimulai, terjadi dialog dan akting.
Kemudian diikuti saluang dan dendang (nyanyian), biola, kayat, kerincingan dan
calti.
Penampilan anak randai penuh pesona
dan seru. Tontonan sekitar tiga jam itu sering membuat penonton (segala usia;
dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga kakek-nenek) tertawa riang. Dialog jeda
sejenak, anak randai kembali ber-hepta-hepti diiringi cerita yang didendangkan
(gurindam) dan diiringi saluang. Cerita bergulir, mengisahkan anak gadis (Sari
Banilai) menolak keinginan orangtuanya (Datuk Tumanggung Tuo) untuk dinikahkan
dengan bako-kemenakan Datuk Tumanggung Tuo-bernama Malendo Alam.
Oleh mamaknya, Lelo Manjo, Sari
Banilai dinikahkan dengan bekas teman sekolahnya, Rambun Sati. Dendam Datuk
Tumanggung Kayo dan kemenakannya Malendo Alam pun bergejolak. Ketika Sari
Banilai pindah ke Kota Medan, rumah yang ditinggalkannya dibakar oleh Malendo
Alam. Keinginan ayak/mamak untuk menyelamatkan “Sako dan Pusako” lenyap sudah,
karena mengikuti kehendak hawa nafsu.
Kesenian randai tak kalah hebat dan mengagumkan dengan tarian lainnya. Yang menarik dan mengagumkan, perwatakan tokoh dalam penampilan randai tidak diungkapkan melalui tata rias, tetapi disampaikan lewat dendang (gurindam). Kemudian, yang menjadi musik selain tepuk galembong, juga tepuk tangan, tepuk kaki, tepuk siku, petikan jari, hentakan kaki, dan teriakan-teriakan “hep… ta…ti… hai” oleh tukang gore, dan nyanyian atau dendang yang dilakukan oleh para pemain sambil melakukan gerakan-gerakan galembong.
Kesenian randai tak kalah hebat dan mengagumkan dengan tarian lainnya. Yang menarik dan mengagumkan, perwatakan tokoh dalam penampilan randai tidak diungkapkan melalui tata rias, tetapi disampaikan lewat dendang (gurindam). Kemudian, yang menjadi musik selain tepuk galembong, juga tepuk tangan, tepuk kaki, tepuk siku, petikan jari, hentakan kaki, dan teriakan-teriakan “hep… ta…ti… hai” oleh tukang gore, dan nyanyian atau dendang yang dilakukan oleh para pemain sambil melakukan gerakan-gerakan galembong.
Kesenian randai sebagai teater
rakyat di Minangkabau cukup diminati berbagai kalangan. Ini sering ditampilkan
pada acara-acara seperti pesta panen, helat perkawinan, helat batagak penghulu,
dan pesta-pesta rakyat lainnya. Ia menambahkan, jika kita melihat unsur
utama dalam randai, misalnya tarian randai yang disebut bagalombang, pada randai-randai
yang lebih klasik pada umumnya adalah gerak silat atau pencak silat yang diolah
secara kreatif, dan diiringi dengan lagu-lagu dendang yang memang banyak sekali
terdapat di dalam masyarakat Minangkabau, karena merupakan bagian dari tradisi
seni budaya musik seperti saluang dan dendang, atau seni tutur seperti bakaba,
barabab, dan basijobang.
“Karena kebudayaan Minangkabau
adalah kebudayaan yang dinamis, terbuka terhadap inovasi, maka perkembangan
randai dewasa ini cukup beragam. Ada unsur-unsur gerak dan musik baru yang
diadaptasi ke dalam randai, yang umumnya berasal dari lagu-lagu melayu (joget),
bahkan juga dari musik dangdut. Idiom-idiom baru ini antara lain diadaptasi
untuk membuat pertunjukkan randai tetap relevan dengan perkembangan masyarakat
dan zamannya.
Semasa Orde Baru berkuasa kesenian
randai nyaris tenggelam, setelah pemerintahan nagari digantikan oleh
pemerintahan desa. Kini, dengan kembalinya ke sistem pemerintahan nagari,
kesenian randai kembali tumbuh. Setiap nagari memiliki sedikitnya 10 grup
randai.
Hal lain yang menarik dari tradisi
randai adalah, semangat kolektif dan partisipasi masyarakat pendukung tradisi
tersebut. Organisasi dan manajemen pengelolaan randai bertumpu kepada semangat
kebersamaan tersebut. Lingkungan masyarakat tempat randai tersebut tumbuh,
merasa berkewajiban memelihara dan mengembangkannya. Tanpa dukungan mereka
-termasuk finansial- tak mungkin randai bisa berkembang. Sampai kini kegiatan
pertunjukan lebih bersifat sosial, kecuali ada perubahan pola organisasi pada
pemilikan kelompok atau individu yang sudah mulai ada sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar